BSIP NTT Mengikuti Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Terpadu Food Estate Kabupaten Sumba Tengah (Fest)
Dalam rangka evaluasi terpadu pelaksanaan pengembangan Food Estate (FE) di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Biro Perencanaan Kementerian Pertanian melakukan monitoring dan evaluasi serta kunjungan lapangan di Kabupaten Sumba Tengah, pada tanggal 25 – 26 Juli 2023. Selain Biro Perencanaan turut hadir dalam kegiatan ini perwakilan dari Sekretaris Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Sekretaris Ditjen Tanaman Pangan, Sekretaris Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Sekretaris Badan PPSDM Pertanian, serta Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumba Tengah, Kepala Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Timur, selain itu hadir pula penangkar benih, mantri tani, ketua Gapoktan serta penyuluh lapang.
Tujuan monev terpadu adalah memotret perkembangan kegiatan dan mendapatkan informasi secara komprehensif terkait pencapaian kegiatan FEST. Program strategis kedaulatan pangan di Kabupaten Sumba Tengah (i). program strategis nasional (pengembangan komoditi padi 6,120 ha, pengembngan komoditi jagung 7,950 ha, integrated farming 40 ha kelapa dan horti buah); (ii) program strategis NTT bangkit-sejahtera (TJPS pola kemitraan lembaga keuangan 26 ha); (iii) program strategis pro Oli Milla (kawasan mandiri benih 85 ha, kawasan mandiri perkebunan 45 ha, kawasan pengembangan hortikultura 145 ha, kawasan sentra produksi pangan utama, kawasan peternakan). Hasil kunjungan lapang di lokasi FEST terdapat perbedaan yang siginifikan sebelum dilaksanakan kegiatan FEST dan sesudah, hal ini dapat dilihat dari Subsistem Hulu sebelum FE pengolahan lahan tradisional, usaha budidaya tradisional/konvensional, Alsintan terbatas, tidak memadainya sumber air dan bangunan yang ada, sesudah FE mekanisasi Alsintan pra panen dan panen/pasca panen, penggunaan teknologi digitasi lahan pertanian dan secara bertahap terjadi transfer teknologi. Sementara dari Subsistem On Farm-Off Farm, sebelum FE rendahnya aplikasi teknologi pertanian, terjadi gagal panen, usaha budidaya monokultur, rendahnya produksi (padi rata-rata 3 ton/ha dan jagung 2 ton/ha). Setelah FE terjadi peningkatan transfer pengetahuan dan penerapan teknologi pertanian, efisiensi waktu prapanen, budidaya dan panen tepat waktu, terjadinya integrasi komoditi dan peningkatan produksi padi menjadi 5,1 ton/ha dan jagung 5,2 ton/ha